PENDAHULUAN
Bila suatu rangkaian dialihkan dari satu keadaan ke
keadaan yang lain akan menyebab perubahan tegangan sumber atau tegangan pada satu
elemen rangkaian, akan ada periode transisi selama arus cabang dan jatuh
tegangan berubah dari suatu nilai awal ke satu nilai baru. Setelah selang
transisi ini yang disebut peralihan (transient),
rangkaian akan dikatakan berada pada keadaan mantap (steady state).
Dengan menerapkan hukum tegangan Kirchhoff pada
suatu rangkaian yang mengandung elemen penyimpan energi akan menghasilkan
persamaan difrensial yang mana akan diselesaikan oleh suatu metode dari beberapa
metode yang tersedia. Solusi ini terdiri dari dua bagian yaitu solusi homogen
dan solusi khusus. Untuk persamaan dalam analisa rangkaian fungsi homogen
selalu menuju nol dalam waktu yang relatif singkat dan disebut solusi dari
bagian peralihan. Solusi khusus pada jawaban keadaan mantap sudah dipelajari
pada bab sebelumnya. Oleh metode dengan mana solusi khusus akan diperoleh dalam
bab ini umumnya lama dan tidak terganggu dan tak perna selangsung seperti
metode yang digunakan sebelumnya. Bagaimanapun melalui penerapan metode ini
kita memperoleh arti fisis jawaban keadaan mantap sebagai bagian lengkap dari
jawaban.
RANGKAIAN PERALIHAN DC
RL
Peralihan
Rangkaian RL seri sebagaimana terlihat pada gambar 1.
berikut dihubung pada sumber tegangan konstan V ketika saklar
tertutup. Hukum tegangan Kirchhoff menyebabkan
adanya persamaan diffrensial berikut.

Gambar
1. Rangkaian Seri RL
Ri + L
= V 1
Susun kembali persamaan
di atas dan gunakan notasi operator dimana D = d / dt
Persamaan (2) adalah jenis
persamaan difrensial linear orde 1
Dimana D =
, a adalah konstanta, dan R bisa berupa fungsi x tetapi bukan
fungsi y, solusi umum persamaan (3), terdiri dari solusi homogen dan solusi
khusus, yaitu
Y = yh
+ yk = ceax + eax
4
Dimana c adalah suatu
konstanta yang dibatasi oleh kondisi awal. Oleh persamaan (4) solusi dari
persamaan (2) adalah
i(t)
= 
i (t) =
5
untuk menentukan konstanta c kita atur t = 0
dalam persamaan 5 dan subsitusi arus pada keadaan awal io untuk i.
Disini arus awal sama dengan arus sesaat ketika saklar baru ditutup. Pada
induktansi hubungan antara arus dan tegangan v = L
0 =
io =
0 = c(1) + V/R atau c = -V/R 6
Masukkan nilai c ini pada
persamaan 5 hasilnya menjadi
Jenis persamaan ini akan
dikenal sebagai eksponensial naik, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2
berikut

Gambar
2. Arus sebagai fungsi waktu
Pada gambar diperlihatkan
selama periode peralihan dimana arus mulai dari nilai awal nol sampai nilai
akhir V/R, keadaan mantap.
Konstanta waktu TC suatu
fungsi seperti persamaan 7 adalah waktu pada mana eksponen e sama dengan satu. Karena untuk RL peralihan konstanta waktu TC =
L/R detik. Pada saat TC = 1 jumlah dalam kurung pada persamaan 7 mempunyai
nilai (1 – e-1) = (1 – 0,368) = 0,632. Diwaktu ini arus sama dengan
63,2% dari nilai awalnya.
Sebagai contoh yang lain
eksponensial menurun diperlihatkan pada Gambar 3 dengan persamaan berikut.
f(t) = Ae-at 8

Gambar
3. Fungsi eksponensial menurun
Konstanta waktu ketika
waktu eksponensial e sama dengan satu,
yaitu ketika TC =1/a,
Nilai pada saat TC = 1 adalah e-1 = 0,368 dan fungsi sudah menurun
36,8% dari nilai A.
Tegangan peralihan pada
elemen rangkaian RL akan diperoleh dari arus. Sesuai tegangan pada resistor adalah
vR = Ri = V(1
– e-(R/L)t) 9
dan tegangan pada
induktansi adalah
vL = L
10
Tegangan peralihan
resistor adalah eksponen menaik dengan konstanta waktu yang sama dengan arus,
sementara tegangan pada induktansi adalah eksponensial menurun tetapi dengan
konstanta waktu yang sama. Jumlah vR dan vL tetap memenuhi
hukum Kirchhoff sepanjang periode peralihan. Lihat gambar 4 berikut.

Gambar
4. Grafik tegangan vR dan vL sebagai fungsi waktu
Jika tegangan pada
rangkaian dijumlahkan maka akan didapatkan sama dengan tegangan sumber
vR + vL
= V(1 – e-(R/L)t) + Ve-(R/L)t = V 11
Daya sesaat dalam suatu elemen rangkaian akan
diberikan oleh perkalian tegangan dan arus. Karena itu daya pada resistor
adalah:
pR = vR . i = V(1 – e-(R/L)t)
= 
dan daya di dalam induktansi adalah
pL = vL.i = Ve-(R/L)t(
=
kemudian daya total adalah
pT = pR + pL =
+ 
=
watt
Ketiga
fungsi daya akan diperlihatkan pada Gambar 5 dimana pR dan pT mempunyai
nilai keadaan mantap V2/R atau I2.R dimana I adalah arus
keadaan mantap. Daya sesaat dalam induktansi mempunyai nilai awal dan akhir nol
dan adalah daya yang bertanggung jawab (accounts) untuk energi tersimpan di
dalam belitan dalam bentuk medan magnit. Disini kita memperlihatkan pL dari nol
samapai tak terhingga

Rangkaian RL yang
diperlihatkan pada Gambar 6. Mengandung suatu arus awal io = V / R.
Pada t = 0 saklar dipindahkan pada posisi 2 yang mana berpindah dari sumber dan
pada waktu yang sama ditempatkan rangkaian hubung singkat melintang pada
rangkaian cabang RL.

Gambar 6. Rangakaian RL seri
Dengan menerapkan hukum tegangan
Kirchhoff ke rangkaian sumber bebas menghasilakan
persamaan
L
+ Ri = 0 atau (D +
Yang
mana solusinya adalah
i
= 
pada
saat t = 0 saklar dipindah pada posisi 2 arus i yang mengalir dalam
rangkaian i(0) = V/R masukkan
nilai i(0) pada persamaan i(0) = ce-(R/L)t, maka didapatkan c = V/R.
Persamaan
umum arus yang mengalir dalam rangkaian pada saat saklar pinda pada posisi 2
i(t) = 
Penurunan
fungsi eksponensial akan diperlihatkan pada gambar 7.a berikut. Hubungan jatuh
tegangan pada resistansi dan induktansi adalah:
vR
= R.i = V.
dan vL = L
= -V. 
sebagaimana
diperlihatkan pada gambar 7.b. brikut. Jumlah vR + vL memenuhi
hukum Kirchhoff jika tegangan sumber = 0 yang mana saklar dipindah pada posisi
2. Daya sesaat pR =
dan pL = -
akan diperlihatkan pada gambar 7.c berikut.

Gambar 7.
Jika daya pL berintegrasi dari nol ke
tak terhingga kita menemukan bahwa sesungguhnya membuang energi yang disimpan
dalam medan magnit selama peralihan sebelumnya, 1/2LP. Selama peralihan menurun energi ini akan dipindahkan ke
resistor.
RANGKAIAN PERALIHAN RC SERI
Dengan menerapkan hukum tegangan Kirchhoff pada rangkaian
seri RC yang diperlihatkan pada gambar 8 menghasilkan persamaan difrensial
berikut.

Gambar
8. Rangkaian RC seri
Pada saat saklar S
ditutup menurut hukum tegangan Kirchhoff persamaan tegangan pada rangkaian di atas
adalah:
Dan sesudah
didiffrensialkan
Solusi pada persamaan
homogen ini hanya terdiri dari fungsi komplementer sehingga solusi khusus sama
dengan nol. Karena itu
i =
c
14
Untuk menentukan
konstanta c kita catat bahwa persamaan (12) saat t = 0 maka R io= V atau io =
V/R. Sekarang subsitusi nilai io
ke dalam persamaan (14), kita memperoleh c = V/R di t = 0. Kemudian
i(t)=
15
Persamaan (15) mempunyai
bentuk eksponensial menurun seperti terlihat pada Gambar 6.a berikut.
Hubungan tegangan
peralihan akan diperlihatkan pada Gambar 6.b berikut.
VR = Ri =V
dan 
Gambar 9. Arus dan tegangan sebagai fungsi waktu
Daya sesaat
pR = vR.i
= V
.
=
dan pC = vC.i
=
25
pt(t) =
+
= 
diperlihatkan pada Gambar
10.

Gambar
10. Daya sesaat
Daya peralihan pC,
dengan nilai awal dan akhir nol, menjamin untuk energi yang tersimpan di kapasitor
dalam bentuk medan listrik dengan tegangan V yang konstan. Pengintegrasian pR
mulai dari nol sampai tak terhingga.
e 

RC
PERALIHAN BERBASIS MUATAN
Pada rangkaian seri RC
kadang-kadang dibuat dalam persamaan peralihan muatan q. Kemudian, jika arus dan muatan akan dikaitkan oleh i =
, arus, jika dibutuhkan, boleh diperoleh dari persamaan diferensial.
Pada Gambar 10. Kapasitor akan dimuati dengan polaritas
seperti piringan terlihat, karena q
mempunyai arah sama seperti arus i pada gamabar 8 di atas.

Gambar
10. Rangkaian seri RC
Persamaan berbasis arus
Akan dituliskan atas
basis muatan dengan mensubsitusi dq/dt untuk i. Karena itu
Gunakan metode yang sama
seperti persamaan 7, solusi muatan q
adalah
q(t) = ce-t/RC
+ CV
pada saat t = 0, muatan
awal kapasitor adalah qo =
0 dan
q(0)
= ce-0/RC + CV
0 = c + CV atau
c = - CV
Subsitusi nilai c pada
persamaan di atas, kita akan memperoleh
q(t) = CV(1 – e-t/RC)
muatan peralihan q adalah eksponensial naik menuju nilai
akhir CV.
Untuk fungsi muatan
menaik dan menurun seperti diperlihatkan pada gambar 10.a dan kaitannya dengan
fungsi arus dalam gambar 11.b. Karena muatan harus berada pada fungsi kontinyu,
q = CV di t’ (-) dan t’(+) sementara i di t’(-) sama dengan nol dan di t’(+) mempunyai nilai –V/R

RLC PERALIHAN
Dengan menerapkan hukum Tegangan Kirchhoff pada rangkaian
RLC seri Gambar 12. Menghasilkan persamaan integral-diffrensial berikut.
Ri + L
+ 

Gambar 12. Rangkaian RLC seri
Didiffrensialkan , kita
akan peroleh
L
+ R
+
atau (D2 +
(a)
Ini persamaan diffrensial
linier orde dua jenis homogen dengan solusi khusus sama dengan nol. Fungsi
homogen akan berada diantara satu dari tiga jenis berbeda tergangtung atas
besar relatif R, L, dan C. Koefisien pada karakteristik persamaan (D2 +
adalah konstan dan akar-akar persamaannya adalah:
D1 =
D2 = 
Biarkan a = -R/2L dan b = 
D1 = a
+ b dan D2 = a - b
Akar b bisa positif, nol atau
negatif dan solusinya akan kemudian teredam lebih, teredam kritis atau kurang
teredam (bersifat osilasi)
Kasus
1.
(R/2L)2 > 1/LC. Akar-akar D1 dan D2 adalah
real dan tidak sama termasuk kasus teredam lebih. Kemudian bentuk faktor
persamaan (a) akan dituliskan
[(D – (a + b)][D – (a - b)]i = 0
Dan arus i sama dengan
i = c1e(a
+ b)t
+ c2e(a
- b)t
atau i = eat
(c1ebt
+ c2e- bt)
Kasus
2. (R/2L)2
= 1/LC Akar-akar D1 dan D2 adalah sama dan solusinya
termasuk kasus teredam kritis. Kemudian bentuk faktor persamaan (a) akan
dituliskan
(D - a)(D - a)i = 0
Solusinya adalah
i = eat
(c1 + c2e-
bt)
Kasus
3.
(R/2L)2 < 1/LC. Akar-akar D1 dan D2 adalah
kompleks dan solusinya adalah kasus kurang teredam atau bersifat osilasi.
Ditentukan b
=
dan a sama seperti sebelumnya, bentuk
faktor persamaan operator (a) akan dituliskan
[(D – (a + jb)][D – (a - jb)]i = 0
Dan arus i samadengan
i = eat(c1cosbt +c2sinbt)
arus pada semua kasus
mengandung faktor eat dan jika a = - R/2L nilai akhir
sama dengan nol, dijamin fungsi komplemeter menurun dalam waktu yang relatif
singkat. Ketiga kasus akan digambarkan seperti pada Gambar 13. Berikut bila
nilai awal sama dengan nol dan kemiringan akan positif.
